Ada satu arwah yang digantung di sebatang bambu, yang digantung sungsang dan diikat kakinya. Di bawahnya adalah jurang yang dalam yang menuju ke alam neraka. Jika bambu itu patah, maka yang digantung itu akan menuju ke tempat itu alam neraka. Ada seekor tikus tinggal di lobang bambu yang dipinggir jurang itu. Setiap hari dia menggigit bambu itu. Hal itu terlihat oleh Jaratkaru, sehingga mengalirlah air matanya, maka dari itu berbelas kasihlah dia, hancur luluh hatinya kepada arwah yang digantung terbalik di ujung bambu itu serta diikat kakinya. Jaratkaru terpengaruh hatinya oleh arwah yang menyerupai seorang pendeta yang berambut terjalin serta berpakaian dari kulit pohon. Tidak sepantasnyalah dia menghadapi kesengsaraan yang dideritanya. Dia menderita tidak makan seperti daun yang tergantung, yang kekeringan karena kemarau, yang berayun-ayun oleh karena angin deras, dia tidak makan selalu. Demikianlah keadaan arwah itu.
Kata Jaratkaru: "Siapakah tuanku yang digantung di sebatang bambu yang hampir patah oleh gigitan tikus, yang hampir jatuh ke dalam jurang yang tidak diketahui dalamnya. Keadaan yang demikian itu membuat sangat sedih hati hamba, sehingga hamba menaruh belas kasih hendak menolong engkau. Hamba membuat tapa sejak masih kanak-kanak serta menimbun beratnya tapa hamba, lalu sampai ke sini dan melihat tuanku yang menderita, sehingga berbelas kasihlah hamba melihat kesengsaraanmu. Seberapa besar pahala dari tapa hamba yang harus hamba berikan, supaya engkau dapat pulang ke surga sehingga dapat berhenti menghadapi sengsara? Seperempatkah atau setengahkah yang dapat aku berikan sesuai dengan jalanmu untuk mendapatkan surga".
No comments:
Post a Comment